Hipoglikemia Menjadi Tantangan Utama Diabetes Saat Ini

Jum'at, 26 Oktober 2018 - 07:29 WIB
Hipoglikemia Menjadi Tantangan Utama Diabetes Saat Ini
Hipoglikemia Menjadi Tantangan Utama Diabetes Saat Ini
A A A
JAKARTA - Diabetes merupakan beban yang semakin berat bagi dunia. International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan sebanyak 425 juta orang atau setidaknya satu dari 11 orang berusia 20-79 tahun hidup dengan diabetes di tahun 2017.

Di Indonesia menjadi rumah bagi 10,3 juta orang yang hidup dengan diabetes. Oleh karena itu dibutuhkan upaya yang konsisten dalam menciptakan sebuah inovasi serta inisiatif terkini untuk penanganan diabetes.

Menanggapi permasalahan tersebut, Novo Nordisk, perusahaan farmasi global yang fokus pada pencegahan dan pengobatan diabetes secara berkesinambungan meluncurkan inovasi-inovasi pengobatan terbaru diabetes guna menyesuaikan kebutuhan pasien. Di samping itu, Novo Nordisk Indonesia juga melakukan upaya-upaya mulai dari edukasi dan komunikasi kepada pasien hingga peningkatan kapasitas para praktisi kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Satu dari banyak tantangan diabetes yang menjadi perhatian saat ini adalah hipoglikemia atau gula darah rendah. Hipoglikemia merupakan sebuah kondisi yang membutuhkan perhatian khusus dari pasien diabetes dan keluarga pasien selama 24 jam. Data dari studi IO HAT Indonesia menunjukkan bahwa secara umum, 36,4 persen pasien tidak tahu apa itu hipoglikemia ketika gejala awal, 25,7 persen angka kejadian hipoglikemia pasien per tahun dan 13 persen angka kejadian hipoglikemia berat pasien per tahun.

Selain itu 83 persen dari penderita diabetes tipe 1 mengalami kejadian hipoglikemia setidaknya sekali sebulan. Sedangkan 47 persen dari penderita diabetes tipe 2 mengalami kejadian hipoglikemia setidaknya sekali sebulan.

"Hipoglikemia dan konsekuensinya adalah beban yang cukup besar untuk pasien diabetes. Hipoglikemia ini adalah sebuah kondisi yang berbahaya, terutama karena kejadian hipoglikemia seringkali tidak disadari oleh pasien diabetes, sehingga mereka tidak melaporkan kejadian ini kepada dokter. Padahal hipoglikemia kronis dapat menyebabkan koma hingga kematian," kata Dr. Dante Saksono, SpPD-KEMD, Ph.D melalui keterangan pers yang diterima SINDOnews.

Dr. Dante mengatakan, ada 2 jenis terapi pengobatan untuk diabetes yakni OAD atau insulin. Hipoglikemia pada pasien diabetes bisa juga disebabkan oleh pengobatan yang tidak sesuai. Namun, seiring berkembangnya teknologi pengobatan, inovasi terapi insulin generasi baru telah menyesuaikan dengan kebutuhan pasien yang salah satunya adalah untuk mengurangi risiko hipoglikemia.

"Walaupun begitu, bagi pasien, rajin memeriksa nilai kadar gula darah secara berkala juga efektif mengurangi risiko hipoglikemia. Periksakan HbA1c, komponen dalam darah terkait glukosa, dan nilai gula darah untuk mengetahui kadar normal gula darah. Anda boleh merasa aman apabila hasil HbA1c kurang dari 7 persen, kadar gula darah puasa kurang dari 130 mg/dl, dan bernilai kurang dari 180 mg/dl dua jam setelah puasa," jelasnya.

Clinical, Medical, Regulatory and Quality (CMRQ) Director PT Novo Nordisk Indonesia, Dr. Fahad Jameel mengungkapkan bahwa perawatan yang inovatif tidaklah cukup. Edukasi untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tidak kalah penting untuk mengatasi tantangan utama diabetes di Indonesia.

"Pada dasarnya, risiko hipoglikemia dapat dikurangi dengan adanya dukungan keluarga dan pengasuh pasien dalam proses perawatan pasien diabetes, inovasi perawatan diabetes dan alat pantau yang dapat mengendalikan gula darah serta mengurangi risiko hipoglikemia," tuturnya.

Selain itu, menciptakan persamaan pemahaman mengenai hipoglikemia serta memastikan bahwa hipoglikemia menjadi salah satu hal utama yang diperhatikan selama proses perawatan diabetes termasuk elemen penting dalam upaya mengurangi risiko hipoglikemia.

"Kami terus-menerus melakukan advokasi untuk pencegahan dan perawatan diabetes yang lebih baik di seluruh dunia. Di Indonesia kami melakukannya melalui inisiatif meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai diabetes, pertemuan para pemangku kepentingan, pengembangan kapasitas untuk tenaga kesehatan profesional, edukasi terhadap pasien; edukasi kepada HCP serta berperan aktif dalam mendukung inisiatif yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan di berbagai kesempatan, salah satunya adalah Hari Diabetes Sedunia," tutup dr. Fahad Jameel.
(nug)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5088 seconds (0.1#10.140)